Saat kalian membaca
judul, kalian akan bertanya-tanya. Siapa si Ertugrul? Emang dia terkenal? Kok
nggak pernah denger ya? Kebanyakan orang akan memberikan reaksi kurang lebih
seperti itu. For Your Information (FYI), Ertugrul itu sebenarnya Ayahnya
Osman (Osman itu pendiri Khilafah Turki Utsmani). Sampai sini, mungkin beberapa
dari kalian mulai ngeh (read: ngerti). Jadi bisa dikatakan kalau Ertugrul itu
kakek kakek kakek kakek kakeknya yang ke berapa dari Muhammad Al-Fatih? Ayo
dihitung. Hehehehe.
Serial ini begitu terkenal dikalangan penggemar serial Turki terutama yang menyukai genre sejarah. Serial ini juga ternyata mendapat dukungan langsung dari Presiden Turki, siapa lagi kalau bukan Bapak Erdogan tercintah. Ingin deh negara kita bisa dipimpin oleh seorang pemimpin seperti beliau^^. Beliau mampu mengubah Turki yang bener-bener sekuler menjadi Turki yang seperti sekarang ini. Oke, back to the topic. Oiya, serial ini pernah tayang di stasiun TV Indonesia, trans TV atau trans 7 saya lupa. Tayangnya hampir mendekati tengah malam saat itu.
Oiya, Ertugrul itu salah
satu anak dari Pemimpin Suku Kayi (Sulaiman Syah). Sulaiman Syah punya istri
yang bernama Hayme. Mereka mempunyai tiga orang anak laki-laki yaitu Gundogdu,
Ertugrul dan Dundar. Gundogdu anak Sulaiman Syah dengan istri sebelumnya dan
Ertugrul serta adiknya itu anak Sulaiman Syah dengan istri kedua (Hayme).
Beberapa Quote dari
Serial Dirilis Ertugrul:
- “Biarkan pedang itu melampiaskan kemarahannya
yang terpendam melalui pria pemberani sepertimu.” (Ayah Aykiz, Episode
1)
- “Zulfikar tetaplah pedang yang terhebat dan Ali
pria paling berani.” (Ertugrul, Episode 1)
- “Dunia tidak begitu besar. Pegunungan tidak
bertemu pegunungan lain. Tapi orang akan bertemu orang lainnya.” (Turgut,
Episode 5)
- “Dunia terlalu kecil untuk dua penguasa dan
terlalu besar untuk satu penguasa.” (Episode 5)
- “Selama langit biru tidak jatuh diatasmu dan
tanah tidak terbelah dibawah kakimu. Tidak seorangpun dapat menghancurkan
norma-normamu.” (Episode 5)
- “Harapan adalah penyembuh terbesar dari
kesedihan.” (Episode 5)
- “Jarak antara aku dan Ertugrul bukanlah seperti
jarak perjalanan. Meskipun dia kembali, bahkan jika dia duduk disini, aku
masih merasa jauh darinya. Aku melihatnya dari kejauhan bagaikan matahari
melihat dari balik pegunungan.” (Gokce, Episode 5)
- “Aku sudah habis terbakar lalu menjadi abu, Aku
adalah jalan bagi para penderita. Aku dulu pahlawan yang menjadi abu dari
api yang disebut cinta.” (Syair Episode 5)
- “Ada beribu kesulitan yang dapat diselesaikan
dengan kekuatan fisik dan kekuatan iman. Tapi ada beban lain, sebuah beban
yang indah dan membakar hatiku. Dan itu hanya dapat disembuhkan olehmu. Kijang
bermata indah itu membawaku padamu. Dia membawaku padamu dan membuatku
jatuh cinta. Sementara aku hampir mengambil nyawanya, hatiku terbakar oleh
cinta membara. Yang kulakukan ini sejak pertama melihatmu. Jangan pergi. Tinggallah
bersamaku. Jadilah Sultana hatiku, Ibu dari anak-anakku. Jadilah teman
hidupku.” (Ertugrul, Episode 5)
- “Kau adalah seorang pemberani, jujur dan berhati
mulia, Ertugrul. Kami tidak hanya berhutang satu hal padamu tapi ribuan. Tapi
takdirku telah dituliskan. Aku tidak bisa meninggalkan Ayah dan Adikku
karena mengejar cinta. Aku saja tidak dapat menjadi Sultana di tempatku
lahir bagaimana aku bisa menjadi Sultana di hatimu?.” (Halime, Episode
5)
- “Ini perkataan dari lidahmu, bagaimana dengan
hatimu?.” (Ertugrul, Episode 5)
- “Kehidupan adalah sebuah penginapan dan kita
adalah musafir. Kita semua akan berakhir di dalam tanah tanpa nafas.” (Episode
6)
- “Kesabaran itu pahit tapi membuahkan hasil yang
manis.” (Turgut, Episode 7)
- “Hidup ibarat sekolah. Semua orang adalah murid. Dan
satu-satunya guru kita adalah Allah SWT. Dia menunjukkan sifat-sifatNya
dan menguji kita. Semua penyesalah dan anugerah, rahmat dan bencana itu
datangnya dari Dia. Semua orang menjalani ujiannya sendiri. Kau harus
menjalani ujian dengan sabar barulah kau akan menjadi pejuang terbaik,
pahlawan terhebat.” (Episode 7)
- “Allah mencintai iman, bukan kelalaian.” (Episode
7)
- “Jika saudaramu berada dalam masalah,
selamatkanlah tanpa melupakan keberadaan Allah. Kau akan menemukan cara
untuk keluar dari masalah tersebut.” (Episode 7)
- “Jantungku akan berdetak untukmu sampai akhir
hidupku.” (Halima, Episode 12)
- “Tidak perlu menjadi licik dan bermain kotor.
Cukup sedikit keberanian dan kecerdasan. Serta jangan lupakan keimanan.” (Sulaiman
Shah, Episode 17)
- “Gunung tidak berarti tanpamu. Jika aku adalah
pedesaan, semoga jadi kuburanmu. Semoga air yang kau minum menjadi
darahku. Jika aku berkuda dan pergi, semoga itu menjadi kerudungku.
Hidupku aku korbankan untukmu.” (Aykiz, Episode 17)
- “Kita semua akan datang dan pergi. Tugas kita adalah
jika ditangan kita ada benih maka tanamlah, Allah lah yang akan meluaskan
dan menyempitkan.” (Episode 17)
- “Keberanian terbesar adalah mengendalikan amarah
dan nafsu. Orang yang tidak bisa mengendalikan hati dan lidah tidak akan
bisa menjadi pemimpin. Pemaaf akan menjadu mottonya. Dia hanya akan
bertarung untuk keadilan. Dia akan mengambil kepemimpinan sebagai sebuah
amanah. Yang akan menganggap orang tua seperti orangtuanya sendiri dan
menganggap orang muda sebagai saudaranya.” (Episode 17)
- “Batas itu tidak boleh dilanggar.” (Episode
17)
- “Memutuskan membiarkan mereka mencalonkan diri
siapa yang pantas menjadi pemimpin pada semua orang. Untuk memberitahu
mereka bahwa tanggungjawab seorang pemimpin tidak semudah yang terlihat.” (Episode
19)
- “Kita harus memiliki hati yang tulus dan jujur
atas semua yang kita lakukan. Kita tidak bisa meminta pada siapapun. Kita
harus melakukan semua dengan usaha kita sendiri. Kita lakukan tugas kita
agar kita tidak malu ketika kita mati.” (Episode 19)
- “Ada kalanya ada jalan setapak yang harus dilalui
menuju gunung atau bukit. Mata yang melihat yang benar. Semua orang harus
tahu tempatnya masing-masing. Mata yang selalu melihat ke atas bukanlah
mata. Jika itu yang membuatmu khawatir, aku tidak akan tersesat dalam
mendaki bukit. Ambil keputusanmu sendiri. Jangan biarkan orang lain yang
mengambil keputusan karena yang bertanggung jawab akan keputusan itu
dirimu sendiri bukan orang lain.” (Episode 19)
- "Adik dan adik iparnya sudah menjadi muslim.
Bahkan jika kamu membunuh kami, kami tidak akan murtad." Kalimat itu
mengucurkan mata air di hati umar yang keras membatu. Dari yang mati, Dia
keluarkan yang hidup. Dia memberikan kehidupan pada hati yang mati dengan
mata air iman.” (Episode 20)
- “Sulit melupakan masa lalu. Kesalahan selalu
terbayang didepan mataku.” (Episode 20)
- “Dengan menjadi muslim, berarti menghapus
dosa-dosa yang lalu. Apapun yang kau lakukan dimasa lalu, ketika kau
menjadi muslim maka kau memulai kehidupan yang baru. Kau akan menjadi
hidup setelah merasakan kematian. Ketika Allah sudaj menghapus kesalahanmu
dimasa lalu, kau juga harus melupakan masa lalumu. Jangan hidup dalam masa
lalu, masa lalu hanya untuk orang yang lari dari tugasnya. Jangan biarkan
masa kini terpenjara oleh masa lalu sehingga kau akan menyesal di masa
depan.” (Episode 20)
- “Qobil juga membunuh saudaranya karena sebuah
pertanyaan,”Mengapa dia, bukan aku?" Jangan lupa. Habil memang mati
tapi Qobil 100x lebih mati.” (Episode 20)
- “Selamat tinggal. Semoga matahari tidak membakar
kulitmu. Semoga hujan tidak membuatmu kedinginan. Semoga kerikil tajam
tidak melukai kakimu. Pergilah seperti air dan kembalilah seperti air.” (Halima,
Episode 20)
- “Ada yang dilewati api lalu menjadi abu. Ada yang
dilewati api lalu menjadi roti. Dia telah menunjukkan tempat dimana kau
jatuh. Ini ujian dari Allah. Dalam ujian ini bisa membuatmu menjadi matang
atau berbuah menjadi debu.” (Hayme, Episode 20)
- “Tanpa harus berubah menjadi abu, aku telah
keluar dari keadaan itu seperti roti. Sedang sebelumnya aku masuk sebagai
adonan.” (Ertugrul, Episode 20)
- “Jangan biarkan dia sendirian. Yang
lalu biarlah berlalu. Jelas dia sudah menyesal dan ingin kembali ke jalan
yang benar. Dia butuh dukungan. Berikanlah sedikit waktu.” (Episode 23)
- “Lukaku adalah tanda kehormatan. Lidahku kelu
karena perkataanmu. Mulutku terkoyak, hatiku hancur. Apapun yang aku
katakan tidak ada artinya.” (Episode 25)
- “Ketika aku meratapi kegelapan, kau datang
membawa cahaya.” (Episode 25)
- “Semoga buah kebaikan yang kau tanam bisa
menyebar ke seluruh dunia.” (Episode 25)
To be continue
No comments:
Post a Comment