Salah satu bacaan karya
Ustadz Felix Siauw yang bisa memotivasi kalian semua untuk mulai membiasakan “habits”
baru terutama untuk teman-teman yang sedang dalam proses berubah (hijrah)
dengan cara meninggalkan kebiasan-kebiasan buruk sebelumnya dan menggantinya
dengan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih bermanfaat.
Pada halaman awal, Ustadz
Felix Siauw berusaha mengubah persepsi kita semua mengenai skill atau keahlian
seseorang. Awalnya, kita diperkenalkan dengan beberapa tokoh inspirator Islam
seperti Imam Asy-Syafi’I, Ath-Thabari, Khalid bin Walid, Siti Aisyah,
Abdurrahman bin Auf serta Muhammad Al Fatih. Mereka semua adalah tokoh yang begitu
dikenal di dunia Islam. Banyak orang Islam yang kagum serta mengidolakan
mereka. Mereka memiliki berbagai keahlian mumpuni yang berbeda-beda.
Kebanyakan dari kita akan
berhenti hanya pada rasa ‘kagum’ dan ‘takjub’ saja karena kita merasa kalau
kita tidak akan bisa menjadi seperti mereka. Kita merasa kalau menjadi seperti
mereka hal yang mustahil yang bisa kita lakukan dan menganggap bahwa hal
tersebut sudah merupakan takdir Allah SWT dimana Allah SWT akan melebihkan
seseorang diatas yang lain. Kebanyakan manusia juga beranggapan bahwa
skill atau keahlian seseorang adalah bagian dari bakat yang telah digariskan
dari Allah, takdir Allah. Sehingga mereka hanya pasrah tanpa mau berusaha untuk
bisa menjadi seperti mereka. Padahal kenyataannya bertolak belakang dengan
anggapan tersebut karena
- Keahlian adalah hasil pilihan, latihan dan
pengulangan pilihan-pilihan yang telah dibuat (Ustadz Felix Siauw, BAB
Greet Them! The Inspirator)
- Bukan keahlian yang lebih berpengaruh dalam
keahlian (ketidak-ahlian) seseorang, melainkan sesuatu yang lain yang
selanjutnya akan kita kenal sebagai habits (kebiasaan) (Ustadz Felix
Siauw, BAB Greet Them! The Inspirator)
Ustadz Felix Siauw
juga mencontohkan beberapa habits yang rutin beliau laksanakan saat awal-awal
beliau mulai menekuni dunia dakwah seperti mendatangi halqah rutin 2 jam
seminggu, menyambangi setiap acara yang menghadirkan pembicara-pembicara
favorit, menumpuk buku demi buku dan melahapnya, membuat tulisan serta
melakukan dialog-dialog internal untuk memperkuat retorika. Dan hasilnya,
sekarang beliau sudah menjadi pendakwah yang terkenal diberbagai kalangan.
Pada bab selanjutnya
Ustadz Felix Siauw berusaha memperkenalkan habits. Misalnya, seorang pesulap yang
menampilkan aksi sulapnya. Tanpa kita tahu sudah berapa lama pesulap itu
berlatih (habitsnya mempelajari trik sulap) dan mengulanginya terus menerus,
kita hanya tahu hasil akhirnya kalau sulap yang dia tampilkan sukses tanpa tahu
berapa banyak kegagalan yang telah dialami sang pesulap. Sehingga kita merasa ‘takjub’
akan aksi sulap yang berhasil dilakukan sang pesulap. Sederhananya, yang
membuat perasaan ‘takjub’ itu muncul adalah sesuatu yang tidak ‘biasa’ terjadi.
Hal yang berbeda akan
terjadi kalau kita sudah mengetahui trik sulapnya. Perasaan ‘takjub’ kita akan
hilang dan kita akan merasa kalau kita juga bisa melakukan seperti yang
dilakukan sang pesulap. Sehingga definisi dari habits adalah
- Habits adalah segala sesuatu yang kita lakukan
secara otomatis bahkan kita melakukannya tanpa berfikit (Ustadz Felix
Siauw, BAB Everything are Habits)
Habits bagi orang
lain, itu adalah hal yang istimewa, sehingga kita berharap bisa melakukannya
sedangkan melakukan hal yang istimewa bagi seorang professional itu adalah hal
yang biasa.
Lalu bagaimana kita
bisa membentuk habits itu sendiri?
Thoughts à purposes à actions à habits à personalities
Diawali dengan pemikiran
kita yang benar. Pemikiran mendasar satu orang dengan yang lain berbeda. Misalnya
pemikiran orang muslim dengan orang non. Dari hasil pemikiran ini akan
menentukan keyakinan, kecenderungan, tujuan hidup, cara hidup, pandangan hidup
sampai aktivitas seorang manusia. Adanya perbedaan cara pandang tentang dunia
juga akan melahirkan aktivitas yang berbeda. Misalnya tolak ukur kebahagiaan
menurut orang muslim berbeda dengan orang non. Sehingga dari cara pikir
seseorang tersebut akan menentukan kecenderungan yang juga menghasilkan keyakinan
dan akhirnya membentuk perbuatan. Mana perbuatan yang baik untuk
dilakukan sehingga bisa dipertahankan dan mana perbuatan yang buruk untuk
dilakukan sehingga harus ditinggalkan.
Kemudian akan muncul pertanyaan lagi, bagaimana cara
membentuk habits? Secara umum, ada dua faktor penentu habits yaitu:
-
Practice (latihan)
Practice akan menentukan
apakah aktivitas yang akan dilakukan sudah benar atau belum, tepat sasaran atau
tidak.
-
Repetition (pengulangan)
Sedangkan repetition
akan menyempurnakannya. Pengulangan aktivitaslah yang akan memberikan nyawa
pada habits.
- “Practice make right, repetition makes perfect”
(Ustadz Felix Siauw, BAB Genealogy of Habits)
Setelah kita tahu
faktor penentu habits lalu bagaimana cara kita menginstallnya pada diri kita? Bagaimana
cara kita supaya bisa mempertahankan habits tersebut? Berapa lama waktu yang
kita butuhkan supaya habits tersebut bisa benar-benar melekat pada diri kita
dan lain sebagainya bisa kalian lanjutkan dengan membaca bukunya beliau secara
langsung^^.
-SELAMAT MEMBACA-
No comments:
Post a Comment